Orang Bilang tanah kita tanah surga Tongkat Kayu dan Batu jadi tanaman
Lirik lagu karya Koes Plus di atas kurang lebih menggambarkan kondisi Indonesia yang amat subur dan melimpah kekayaan alamnya. Mari kita telusuri bersama apa saja kekayaan alam Indonesia yang patut kita pahami sebagai generasi penerus. Menurut data, Indonesia memiliki 60 ladang minyak (basins), 38 di antaranya telah dieksplorasi, dengan cadangan sekitar 77 miliar barel minyak dan 332 triliun kaki kubik (TCF) gas. Kapasitas produksinya hingga tahun 2000 baru sekitar 0,48 miliar barel minyak dan 2,26 triliun TCF. Ini menunjukkan bahwa volume dan kapasitas BBM sebenarnya cukup besar dan sangat mampu mencukupi kebutuhan rakyat di dalam negeri (Sumber Data ;Walhi, 2004)
Dalam hal kandungan gas. Blok natuna D Alpha memiliki cadangan gas hingga 202 triliun kaki kubik!! dan masih banyak Blok-Blok penghasil tambang dan minyak seperti Blok Cepu dll.. Indonesia adalah penghasil gas alam cair (LNG) terbesar di dunia (20% dari suplai seluruh dunia) juga produsen timah terbesar kedua.
Indonesia juga mempunyai tambang emas terbesar di dunia. Tepatnya di tembagapura, Papua. Apa saja kandungan yang di tambang di Freeport? ketika pertambangan ini dibuka pada tahun 1967 hingga sekarang, pertambangan ini telah mengasilkan 7,3 JUTA ton tembaga dan 724,7 JUTA ton emas. Menurut penelitian ilmiah apabila terdapat suatu tambang tembaga sudah pasti ada emas pada lapisan keduanya dan uranium pada lapisan ketiganya. Uranium merupakan bahan baku pembuatan bahan bakar .Belum jelas jumlah kandungan uranium yang ditemukan disana, namun menurut para ahli, kandungan uranium disana cukup untuk membuat pembangkit listrik Nuklir dengan tenaga yang dapat menerangi seluruh bumi hanya dengan kandungan uranium di Tembagapura Papua. Namun apakah kekayaan alam tersebut sepenuhnya dimiliki Indonesia, tentu saja tidak. Indonesia hanya mendapat pajak 1% dari PT. Freport bahkan sudah di perpanjang kontraknya hingga 90 tahun kedepan, Prestasi yang sungguh menyedihkan.
Di sepanjang pesisir pantai selatan bagian Jawa terkandung pasir besi yang mengandung titanium dan vanadium. Di dunia kualitas pasir besi terbaik hanya ada di Indonesia dan Meksiko. Vanadium sering digunakan untuk memproduksi logam tahan karat serta peralatan yang digunakan dalam kecepatan tinggi. Foil vanadium digunakan sebagai zat pengikat dalam melapisi titanium pada baja, seperti dalam pembuatan tank anti roket maupun pembuatan pesawat ulang alik, karena punya sifat baru akan mencair jika terkena gesekan panas 2.000 derajat Celcius. Dan diperkirakan disebuah daerah di Kulon Progo memiliki deposit sekitar 300 juta ton. Namun sayangnya jajaran elit di negeri ini masih saja mengundang investor asing untuk mengelolanya. Fakta yang lebih mengiris hati ialah indonesia masih mengimpor 4 juta ton besi baja per tahun.
Negara ini memiliki tanah yang sangat subur. karena memiliki banyak gunung berapi yang aktif menjadikan tanah di negara ini sangat subur terlebih lagi negara ini dilintasi garis katulistiwa yang banyak terdapat sinar matahari dan hujan. Indonesia sebagai negara berkembang yang berada pada wilayah tropika dan memiliki luas wilayah daratan kurang lebih seluas 192 juta hektar dengan keanekaragaman karakteristik tanah/lahan dan sumber daya hayati yang tinggi. Dengan potensi ini semestinya Indonesia bisa menjadi gudang pangan dunia. Namun harapan itu hanya tinggal harapan, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, selama Januari 2011 dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Beras mengalami kenaikan impor tertinggi hingga 5.411% menjadi 351.603 ton dibandingkan dengan Januari 2010 yang hanya 6.380 ton. Selama ini, pemerintah mengimpor beras tak kurang dari 1,5 juta ton per tahun.
Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau, termasuk 9.634 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni. Indonesia adalah Negara maritim terbesar di dunia dengan perairan seluas 93 ribu km2 dan panjang pantai sekitar 81 ribu km2 atau hampir 25% panjang pantai di dunia. Negara ini punya Hutan Tropis terbesar di dunia. hutan tropis ini memiliki luas 39.549.447 Hektar, dengan keanekaragaman hayati dan plasmanutfah terlengkap di dunia
Indonesia merupakan Negara dengan suku bangsa yang terbanyak di dunia. Terdapat lebih dari 740 suku bangsa/etnis, dimana di Papua saja terdapat 270 suku. Menggunakan 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa tersebut. Negara ini punya jumlah penduduk terbesar ke 4 di dunia yaitu mencapai 230 juta orang. Dengan potensi ini kita bisa bayangkan jika kualitas pendidikan kita baik dan bisa diakses oleh seluruh rakyat maka Indonesia akan menjadi sumber mata air kecerdasan dari seluruh dunia.
Indonesia merupakan negeri yang tidak diragukan lagi kekayaan sumber daya alam dan kekayaan pendukung lain. Namun 66 tahun Indonesia merdeka ternyata kita belum terlepas dari jerat kemiskinan dan kemelaratan. Fakta menyakitkan menunjukan bahwa Indonesia dikenal sebagai salah satu negara berpenduduk termiskin di dunia, sekitar 39,05 juta jiwa versi Badan Pusat Statistik atau lebih dari 100 juta jiwa versi Bank Dunia. Jika ambang batas kemiskinan (poverty threshold) diukur dari kegagalan pemenuhan hak-hak dasar (basic rights) atau dengan skala pendapatan di bawah 1-2 dollar AS per hari, kita sulit mengelak bahwa sebagian besar pemilik sah Indonesia adalah miskin. Apabila data pendukung di atas dirasa kurang, marilah kita lihat realitas disekitar kita, apakah masih banyak pengemis, gelandangan dan anak terlantar di sekitar kita. Atau jika belum puas, lihatlah ribuan orang mengantri beras raskin hingga rela berdesak-desakan bahkan resiko antri beras di negeri ini adalah nyawa. Atau jika masih belum puas marilah kita tengok ke desa-desa apakah petani masih kesusahan karena hasil panen dijual murah. kemudian pertanyaan lebih mendasarnya adalah Bagaimana mungkin negeri yang kaya sumber alam dan bertanah subur justru menjadi ladang persemaian tragedi kemiskinan? Seberapa besarkah kekayaan alam yang bisa dinikmati rakyat Indonesia? Ataukah dalam hati kecil, kita telah mengakui bahwa kita belum merdeka. Negeri ini seakan dilanda kesengsaraan tanpa akhir haruskah hidup rakyat terus begini.
Sejumlah kalangan berpendapat bahwa yang salah dari negeri ini adalah kesalahan UUD 1945 yang multi tafsir dan tak jelas arahnya. Pendapat demikian timbul mungkin karena kita tak mampu membaca jiwa dan semangat UUD-1945 itu sendiri. Dalam preambule UUD 1945 membaca “jiwa” UUD-1945 yang tercantum dalam preambul atau mungkin karena mereka ingin merubah UUD-1945 yang tidak sesuai dengan kepentingannya. Dalam preambul UUD-1945 sebenarnya sudah dinyatakan dengan jelas dan tegas bahwa negara yang akan kita wujudkan adalah sebuah negara yang berdasarkan Pancasila, sebuah negara gotong-royong, sebuah negara yang anti penjajahan dan penindasan, sebuah negara yang memakmurkan semua orang, bukan negara yang memakmurkan orang-seorang. Karena itu setiap pasal UUD-1945 tidak bisa ditafsirkan dengan tafsir yang bertentangan dengan “jiwa” tadi. Atau justru kita tak pernah melaksanakan UUD 1945 secara konsisten lantas dengan serta merta menyalahkan keberadaannya yang tak pernah terpakai.
Beberapa kecil golongan bahkan berusaha menggeser pancasila sebagai dasar dan kesepakatan awal didrikannya Republik. Apa yang salah dari Pancasila, yang salah adalah ternyata kita tak pernah menerapkannya bahkan secara konsisten hanya menjadikan Pancasila sebagai hapalan nihil watak, prilaku dan karakter. Sudah semestinya kita bijak menilai secara objektif mengenai Pancasila, nilai-nilai substansi Pancasila adalah semangat keberdikarian bukan ketergantungan. Pancasila mengandung arti semangat kegotong-royongan bukan individualistis dan marak keserakahan. Semangat kejujuran bukan kemunafikan, semangat keadilan untuk semua bukan orang-seorang. semangat kerakyatan bukan semangat kekuasaan semata dan di atas semua itu, semangat menjunjung tinggi moralitas melalui percaya pada kekuasaan tertinggi Tuhan Yang Maha Esa. Lantas logiskah Pancasila disalahkan jika belum dilaksanakan baik oleh segenap komponen bangsa.
Banyak Masyarakat menilai bahwa Indonesia belum bisa mengelola sendiri kekayaan alamnya. Pendapat tersebut memang tak sepenuhnya salah. Namun jika kita kaji secara mendalam bukankah bangsa ini sudah 66 tahun merdeka, 66 tahun adalah waktu yang lebih dari cukup untuk belajar mengenal dan memanfaatkan potensi alam Indonesia. bukankah di berbagai penjuru negeri banyak orang Indonesia menduduki posisi strategis dalam hal penciptaan dan pemanfaatan teknologi. Yang menarik adalah apakah orang Indonesia diberikan kesempatan berdaulat atas tanah airnya sendiri. Ataukah kekayaan alam negeri ini hanya milik segelintir orang atas nama elit politik, pejabat, bahkan perusahaan swasta/asing yang notabene hanya dikuasai orang-seorang bukan seluruh rakyat Indonesia. lantas dimanakah posisi kita hari ini, posisi kita sangatlah kecil bahkan tak dijadikan dalam kalkulasi cepatnya peradaban dunia. Kita terancam menjadi kuli, kuli bangsa sendiri dan kuli diantara bangsa-bangsa. Ditambah lagi kita tak diberikan akses pendidikan yang layak, berkualitas dan murah.
Analoginya adalah, apakah kita menyalahkan segerobolan pencuri yang membobol kamar tidur kita ataukah kita sendiri yang tak pernah mewaspadai dan mempersiapkan diri agar harta kekayaan kita jangan sampai dicuri. Karena pencuri akan mencari kelengahan kita. Begitu pun jika kita tarik kepada bangsa Indonesia. kita seperti tidak pernah mempersiapkan diri untuk merdeka secara sejati. Bukan tidak mungkin Indonesia akan menuju negara gagal seperti Ethiopia dan Somalia, dan anak cucu kita akan tinggal dan hidup di negara yang demikian malang. Relakah anda jika anak cucu kita akan menikmati kegagalan kita sebagai generai penerus karena tidak mampu mengelola bangsanya sendiri ?
Lantas apa yang salah dan siapakah yang salah atas kondisi kemelaratan di negeri kolam susu seperti Indonesia. Terlepas dari carut-marutnya kondisi bangsa kita mesti otokritik terhadap diri sendiri apakah kita sebagai mahasiswa-mahasiswa, pemuda-pemudi yang merupakan bagian dari Republik dan bahkan bagian dari rakyat tidak peduli akan masa depan bangsanya. Kita terlalu sibuk dengan diri kita sendiri, kita terlalu sibuk menikmati kemajuan bangsa lain, bahkan kta terlalu terlena dibuai kenyamanan zaman. Kita memang hadir di tempat kita belajar untuk mengembangkan keahlian dan potensi diri, namun jika keahlian tanpa didasari jiwa besar dan nasionalisme akan menyebabkan kita berpotensi menjadi perusak bangsa, koruptor bahkan tak segan-segan menjual negeri ini kepada bangsa lain, kita rela menggadaikan kekayaan negeri ini tanpa diminta demi kepentingan diri sedniri, keluarga dan golongan semata.
Apa yang harus kita lakukan? kita harus menghidupkan kesadaran kita sebagai mahluk sosial yang secara bersama-sama sadar dan membekali diri dengan semangat Nasionalisme, semangat kemanusiaan, menumbuhkan karakter diri dan yang paling penting adalah menumbuhkan potensi diri agar kita siap dan mampu mengelola bangsa ini hingga bangsa ini bisa berdaulat dan mampu menegakan kepala di antara peradaban bangsa-bangsa. Pada Januari 1932 Bung Karno pernah berujar “Berilah saya seribu orang tua, saya bersama mereka kiranya bisa memindahkan gunung Semeru, Tetapi apabila saya diberi sepuluh pemuda yang bersemangat dan api-api kecintaanya terhadap negara dan tanah air tumpah darahnya saya akan dapat menggemparkan dunia”
Tak peduli latar belakang agama, suku, ras dan status sosial kita, yang patut kita tahu adalah kita semua lahir dari rahimnya Ibu pertiwi, sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengembalikan Indonesia ke rel nya cita-cita proklamasi 1945 yaitu masyarakat yang adil dan makmur tanpa penindasan dan tanpa penghisapan manusia atas manusia. Hanya dengan sadar dan niat membekali diri kita dan secara kolektif belajar bersama maka gaung kemerdekaan sejati akan kita teriakan. Pemikiran dan keahlian kita akan bergaung melewati zaman jika karakter kebangsaan melingkupi anda, cerahkanlah sinar intelektual kita bersama, kita akan berjuang bersama dan zaman yang akan mengujinya.
---------
Galih Andreanto
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) Universitas Padjadjaran .
Tulisan ini dimuat dalam Koran Rakyat edisi September 2011; terbitan bersama GMNI Sumedang dan STN-PRM Sumedang).
ConversionConversion EmoticonEmoticon