PERTANIAN PEMBAWA KEJAYAAN NASIONAL
Hampir setiap orang tahu, Indonesia negara agraris. Sejarah mencatat budaya agraria telah lama ada di Nusantara. Sampai saat ini sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan hidup pada bidang pertanian dan afiliasinya. Meskipun bukan sumber utama perekonomian negara, pendapatan dari sektor pertanian tidak dapat diabaikan begitu saja. Tak salah jika sebagian pihak mendudukkan pertanian sebagai salah satu komponen tulang punggung negara. Sayangnya, akhir-akhir ini minat siswa SMA untuk melanjutkan kuliah di fakultas pertanian semakin menurun. jangankan menjadikan pertanian sebagai pilihan pertama, sudah bukan rahasia lagi jika kebanyakan siswa SMA meletakkan fakultas pertanian hanya pada cadangan saja bahkan, banyak yang melirik pun tidak.
Hal seperti tersebut di atas bisa mengindikasikan bahwa pertanian telah menjadi bidang yang tidak menarik lagi. Ketidaktertarikan generasi muda terhadap bidang pertanian sebenarnya telah menjadi masalah global. Hanya banyak ahli negara maju mengatakan bahwa ketidaktertarikan tersebut seharusnya tidak perlu terjadi di negara agraris seperti Indonesia, mengingat negara industri yang kuat juga sangat memperhatikan pertanian. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian bersama mengingat pertanian masih menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Beberapa isu global mutakhir yaitu energi dan pangan rasanya menjadikan pertanian ke depan memiliki nilai strategis yang perlu menjadi pusat perhatian. Dalam konteks nasional, dengan pertimbangan letak geografis yang sangat strategis sebagai negara tropika, pertanian harus menjadi mesin lokomotif pembangunan nasional.
Tentu saja fenomena seperti ini sangat disayangkan. Jika dikaji lebih cermat, setidaknya ada empat hal yang memengaruhi fenomena ini, yaitu pertama adalah masih banyaknya kesalahan paradigma dalam masyarakat yang menyatakan kuliah bergengsi itu di kedokteran atau hukum misalnya. Kedua, kurangnya sosialisasi mengenai fakultas pertanian dan prospeknya di dalam masyarakat sehingga wajar saja jika kesalahan paradigma masyarakat mengenai fakultas pertanian, terutama prospeknya, masih saja berkembang dengan minimnya upaya pembenaran. Ketiga, minimnya pemberitaan mengenai pertanian di media, baik cetak maupun elektronik. Keempat, keadaan di atas masih diperparah dengan minimnya kebijakan pemerintah dalam hal pertanian. Alih-alih mengembangkan pertanian, kebijakan yang dikeluarkan justru lebih sering merugikan petani. Di sini pemerintah mungkin bingung apakah akan menerapkan negara ini sebagai negara agraris, pariwisata atau industri mengingat bidang-bidang tersebut selain pertanian mempunyai peluang menguntungkan. Kebingungan ini tentu akan tertuju ke masyarakat dan para siswa SMA pada khususnya yang nantinya akan merasa bingung ketika akan memilih jurusan di jenjang perkuliahan.
Keempat hal di atas memengaruhi minat siswa untuk berkuliah di pertanian. Akan tetapi sebenarnya, benarkah demikian? Benarkah pertanian tidak prospektif? Coba kita lihat lagi. Bisa dibilang, pertanian merupakan bidang mata pencaharian yang paling umum ditemukan. Luasnya lapangan konsumen seharusnya cukup bisa menyadarkan bahwa tentu tenaga yang diperlukan tak sedikit. Sampai kapan pun pertanian akan dapat terus menerap tenaga kerja, apalagi jika dibandingkan pada tingginya laju pertambahan penduduk, yang dihadapkan pada kenyataan lambatnya pertambahan luasan areal pertanian, sudah tentu kebutuhan akan tenaga-tenaga ahli pertanian sangat diperlukan.
Untuk mengatasi kasus ini, sebenarnya mudah yaitu diperlukannya peran besar dari pemerintah dan universitas itu sendiri. Pemerintah harus memberikan suatu umpan agar siswa SMA nantinya berminat untuk masuk ke pertanian seperti pemberian beasiswa yang lebih banyak kepada mahasiswa pertanian. Minimnya peminat di Fakultas Pertanian dinilai karena ilmunya setelah tamat tidak terpakai sehingga lulusan fakultas pertanian tidak terserap oleh pasar kerja. Oleh karena itu pemerintah harus bertindak dengan membuat lapangan kerja yang luas di bidang pertanian. Sedangkan untuk universitas perlu adanya suatu pembaruan dalam bidang pembelajaran dan berpromosi agar para calon mahasiswa nantinya tertarik untuk bergabung ke pertanian. Pembelajaran atau kurikulum dalam perkuliahan dibuat tidak monoton di dalam kelas melainkan juga diadakannya praktikum-praktikum baik di lapangan maupun di laboratorium dengan rutin dan secara komprehensif agar nantinya setelah para mahasiswa lulus sudah mempunyai sedikit bekal untuk turun ke lapangan dan secara mandiri dapat merencanakan dan melaksanakan pembangunan pertanian yang sesuai dengan kepentingan petani, kondisi ekosistem, serta sistem sosial ekonomi dan budaya setempat. Selain itu pihak fakultas juga bisa mengadakan penelitian-penelitian yang hasilnya dapat diterapkan untuk kesejahteraan masyarakat sehingga hal ini akan bisa mengangkat nama pertanian di mata masyarakat.
Dengan adanya kebijakan-kebijakan seperti inilah dapat diharapkan generasi muda bisa menjadi tertarik untuk kuliah di jurusan-jurusan pertanian. Dengan ada banyak peluang-peluang yang terdapat di dalamnya generasi muda harus disadarkan bahwa pertanian akan dapat membawa kejayaan nasional asalkan ditekuni secara serius.
Hampir setiap orang tahu, Indonesia negara agraris. Sejarah mencatat budaya agraria telah lama ada di Nusantara. Sampai saat ini sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan hidup pada bidang pertanian dan afiliasinya. Meskipun bukan sumber utama perekonomian negara, pendapatan dari sektor pertanian tidak dapat diabaikan begitu saja. Tak salah jika sebagian pihak mendudukkan pertanian sebagai salah satu komponen tulang punggung negara. Sayangnya, akhir-akhir ini minat siswa SMA untuk melanjutkan kuliah di fakultas pertanian semakin menurun. jangankan menjadikan pertanian sebagai pilihan pertama, sudah bukan rahasia lagi jika kebanyakan siswa SMA meletakkan fakultas pertanian hanya pada cadangan saja bahkan, banyak yang melirik pun tidak.
Hal seperti tersebut di atas bisa mengindikasikan bahwa pertanian telah menjadi bidang yang tidak menarik lagi. Ketidaktertarikan generasi muda terhadap bidang pertanian sebenarnya telah menjadi masalah global. Hanya banyak ahli negara maju mengatakan bahwa ketidaktertarikan tersebut seharusnya tidak perlu terjadi di negara agraris seperti Indonesia, mengingat negara industri yang kuat juga sangat memperhatikan pertanian. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian bersama mengingat pertanian masih menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Beberapa isu global mutakhir yaitu energi dan pangan rasanya menjadikan pertanian ke depan memiliki nilai strategis yang perlu menjadi pusat perhatian. Dalam konteks nasional, dengan pertimbangan letak geografis yang sangat strategis sebagai negara tropika, pertanian harus menjadi mesin lokomotif pembangunan nasional.
Tentu saja fenomena seperti ini sangat disayangkan. Jika dikaji lebih cermat, setidaknya ada empat hal yang memengaruhi fenomena ini, yaitu pertama adalah masih banyaknya kesalahan paradigma dalam masyarakat yang menyatakan kuliah bergengsi itu di kedokteran atau hukum misalnya. Kedua, kurangnya sosialisasi mengenai fakultas pertanian dan prospeknya di dalam masyarakat sehingga wajar saja jika kesalahan paradigma masyarakat mengenai fakultas pertanian, terutama prospeknya, masih saja berkembang dengan minimnya upaya pembenaran. Ketiga, minimnya pemberitaan mengenai pertanian di media, baik cetak maupun elektronik. Keempat, keadaan di atas masih diperparah dengan minimnya kebijakan pemerintah dalam hal pertanian. Alih-alih mengembangkan pertanian, kebijakan yang dikeluarkan justru lebih sering merugikan petani. Di sini pemerintah mungkin bingung apakah akan menerapkan negara ini sebagai negara agraris, pariwisata atau industri mengingat bidang-bidang tersebut selain pertanian mempunyai peluang menguntungkan. Kebingungan ini tentu akan tertuju ke masyarakat dan para siswa SMA pada khususnya yang nantinya akan merasa bingung ketika akan memilih jurusan di jenjang perkuliahan.
Keempat hal di atas memengaruhi minat siswa untuk berkuliah di pertanian. Akan tetapi sebenarnya, benarkah demikian? Benarkah pertanian tidak prospektif? Coba kita lihat lagi. Bisa dibilang, pertanian merupakan bidang mata pencaharian yang paling umum ditemukan. Luasnya lapangan konsumen seharusnya cukup bisa menyadarkan bahwa tentu tenaga yang diperlukan tak sedikit. Sampai kapan pun pertanian akan dapat terus menerap tenaga kerja, apalagi jika dibandingkan pada tingginya laju pertambahan penduduk, yang dihadapkan pada kenyataan lambatnya pertambahan luasan areal pertanian, sudah tentu kebutuhan akan tenaga-tenaga ahli pertanian sangat diperlukan.
Untuk mengatasi kasus ini, sebenarnya mudah yaitu diperlukannya peran besar dari pemerintah dan universitas itu sendiri. Pemerintah harus memberikan suatu umpan agar siswa SMA nantinya berminat untuk masuk ke pertanian seperti pemberian beasiswa yang lebih banyak kepada mahasiswa pertanian. Minimnya peminat di Fakultas Pertanian dinilai karena ilmunya setelah tamat tidak terpakai sehingga lulusan fakultas pertanian tidak terserap oleh pasar kerja. Oleh karena itu pemerintah harus bertindak dengan membuat lapangan kerja yang luas di bidang pertanian. Sedangkan untuk universitas perlu adanya suatu pembaruan dalam bidang pembelajaran dan berpromosi agar para calon mahasiswa nantinya tertarik untuk bergabung ke pertanian. Pembelajaran atau kurikulum dalam perkuliahan dibuat tidak monoton di dalam kelas melainkan juga diadakannya praktikum-praktikum baik di lapangan maupun di laboratorium dengan rutin dan secara komprehensif agar nantinya setelah para mahasiswa lulus sudah mempunyai sedikit bekal untuk turun ke lapangan dan secara mandiri dapat merencanakan dan melaksanakan pembangunan pertanian yang sesuai dengan kepentingan petani, kondisi ekosistem, serta sistem sosial ekonomi dan budaya setempat. Selain itu pihak fakultas juga bisa mengadakan penelitian-penelitian yang hasilnya dapat diterapkan untuk kesejahteraan masyarakat sehingga hal ini akan bisa mengangkat nama pertanian di mata masyarakat.
Dengan adanya kebijakan-kebijakan seperti inilah dapat diharapkan generasi muda bisa menjadi tertarik untuk kuliah di jurusan-jurusan pertanian. Dengan ada banyak peluang-peluang yang terdapat di dalamnya generasi muda harus disadarkan bahwa pertanian akan dapat membawa kejayaan nasional asalkan ditekuni secara serius.
ConversionConversion EmoticonEmoticon